Tafsir Al-Quran Surat Luqman Bagian 2
Bersama Pemateri :
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 2 merupakan bagian dari kajian Tafsir Al-Qur’an yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Abu ‘Abdil Muhsin Firanda Andirja, M.A. pada Rabu, 1 Dzulhijjah 1441 H / 22 Juli 2020 M.
Kajian Tentang Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 2
Kita melanjutkan pembahasan kita dari tafsir surat Luqman dan kita lanjutkan pada ayat berikutnya, yaitu pada ayat ke-10. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ ﴿١٠﴾ هَـٰذَا خَلْقُ اللَّـهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿١١﴾
“Dialah Allah yang telah menciptakan langit yang bertingkat-tingkat (tujuh langit) tanpa ada tiang yang kalian lihat dan Allah meletakkan di atas bumi gunung-gunung agar tidak menggoncangkan kalian. Dan Allah memperkembangbiakan segala macam jenis makhluk yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan kalian selain Allah. Sebenarnya orang-orang dzalim itu berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Luqman[31]: 10-11)
Kita tahu bahwasanya langit bertingkat-tingkat dan ini semua diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun langit tersebut Allah ciptakan tanpa tiang. Ada khilaf dikalangan para ulama tentang makna “tanpa tiang”.
Makna “tanpa tiang”
Ada dua pendapat, pendapat pertama bahwa tiang tersebut ada namun tidak terlihat. Pendapat yang kedua bahwa tiang-tiang tersebut benar-benar tidak ada. Dua-duanya diriwayatkan dari sebagian salaf, namun pendapat yang lebih kuat dan adalah bahwa langit tegak tanpa ada tiang sama sekali. Ini berdasarkan kenyataan dan disebutkan dalam Al-Qur’an bahwasannya Allah menahan langit sehingga langit tidak jatuh di atas muka bumi. Dan ini adalah pendapat jumhur ulama dan inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Katsir, Ibnu ‘Athiyah, Syaikh As-Sa’di.
Sebelumnya, kita ingatkan tentang agungnya ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantara ayat-ayat yang sering Allah sebutkan dalam Al-Qur’an adalah langit. Kita mengetahui bagaimana megahnya langit tersebut, berlapis-lapis (bahkan tujuh lapis) yang semua itu tegak di atas bumi tanpa ada tiang sama sekali. Kita saja ketika ingin membuat rumah, harus ada tiangnya. Tapi langit begitu luar biasa, begitu luasnya, begitu kokohnya, begitu beratnya, lengkap berisi dengan benda-benda langit namun tidak ada celahnya sedikitpun.
Ada sedikit faidah aqidah yang bisa kita ambil. Kita tahu bahwasannya langit berada di atas bumi, langit lebih besar daripada bumi, langit tidak butuh tiang dari bumi. Dari sini kita ingin menyampaikan kepada ahlul bid’ah ketika menolak Allah di atas, mereka memakai logika. Kata mereka: “Kalau Allah di atas, berarti Allah lebih kecil daripada ‘Arsy, berarti ‘Arsy menaungi Allah.” Yang kedua, “Allah butuh kepada ‘Arsy. Karena yang di atas membutuhkan yang di bawah, kalau ‘Arsy jatuh, Allah ikut jatuh”, ini logika mereka.
Maka kita katakan logika antara bumi dengan langit. Bahwa langit lebih luas dari bumi, langit di atas bumi, namun langit tidak butuh tiang dari bumi. Kalau antara benda dunia saja yang di atas tidak harus lebih kecil, yang di atas tidak harus butuh kepada yang di bawah, apalagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allahu Akbar, yang langit dan bumi sangat kecil dalam genggaman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
“Bahwasanya bumi dalam genggaman Allah, kemudian langit dilipat dengan tangan kanan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Az-Zumar[39]: 67)
Justru langit dan bumi dalam genggaman Allah, dipegang oleh Allah.
إِنَّ اللَّـهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَن تَزُولَا
“Sesungguhnya Allah memegang langit agar tidak jatuh.” (QS. Fathir[35]: 41)
Lalu bagaimana seseorang membayangkan kalau Allah di atas berarti Allah lebih kecil, Allah butuh kepada tempat, ini semua khayalan yang diagungkan oleh sebagian orang untuk menolak ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang hal itu adalah kesalahan fatal. Sementara kita lihat antara bumi dan langit saja bisa tidak demikian, padahal ini antara makhluk dengan makhkuk, apalagi antara Pencipta dengan makhluk?
Allahu Akbar, alam semesta ini kecil bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kenapa bisa sampai berpikir dalam benaknya kalau Allah di atas berarti Allah kecil, Allah diliputi oleh area, Allah dinaungi oleh area? Ini adalah kesahalan orang berpikir. Jangan menjadikan ketidakmampuan kita berpikir kemudian kita menolak ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, mentakwil bahkan menyesatkan yang lainnya, sampai mengatakan: “Kalau mengatakan Allah di atas berarti sesat”, ini adalah kesalahan fatal hanya karena otak tidak sampai kemudian menolak ayat dan menyesatkan yang lainnya.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian tafsir yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48782-tafsir-al-quran-surat-luqman-bagian-2/